Kesehatan selalu tampak berharga setelah kita kehilangannya.
-Jonathan Swift
Pengertian Osteoporosis
Osteoporosis adalah penyakit ketika kepadatan tulang secara perlahan berkurang, sehingga tulang menjadi lemah dan rentan akan fraktur (patah tulang). Tulang adalah jaringan hidup yang terus-menerus dipecah dan diganti. Osteoporosis terjadi ketika pembentukan tulang baru tidak mengikuti hilangnya tulang yang lama. Penyakit tulang ini paling sering menyebabkan fraktur di panggul, tulang belakang, dan pergelangan tangan.
Penyebab Osteoporosis
Tulang mengalami proses pembaruan secara konstan. Tulang baru dibuat dan tulang lama dihancurkan. Ketika masih muda, tubuh bisa membuat tulang baru lebih cepat daripada memecah tulang tua dan massa tulang meningkat. Setelah awal usia 20-an, proses tersebut melambat, dan kebanyakan orang mencapai puncak massa tulang pada usia 30 tahun. Seiring bertambahnya usia, massa tulang hilang lebih cepat daripada pembentukannya.
Faktor Risiko Osteoporosis
Faktor risiko osteoporosis meliputi banyak kondisi, di antaranya bisa dimodifikasi dan sebagian lainnya tidak dapat dimodifikasi.
Faktor risiko yang dapat dimodifikasi:
- Hormon seks. Kadar estrogen yang rendah berkaitan dengan siklus menstruasi yang tidak teratur, maupun menopause dapat menyebabkan osteoporosis pada perempuan. Sedangkan pada laki-laki, kadar testosteron yang rendah dapat menyebabkan penyakit tulang ini. Hal ini dapat dimodifikasi dengan perubahan pola makan dan juga terapi hormonal.
- Anoreksia nervosa. Pada anoreksia nervosa, tubuh tidak mendapatkan nutrisi yang seharusnya, sehingga kekurangan komponen yang dibutuhkan untuk menjaga kepadatan tulang.
- Konsumsi kalsium dan vitamin D yang kurang dapat menyebabkan tulang menjadi rapuh.
- Penggunaan obat-obatan tertentu.
- Kurangnya aktivitas fisik.
- Merokok.
- Konsumsi alkohol
Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi:
- Jenis kelamin. Perempuan lebih rentan mengalami osteoporosis daripada pria.
- Usia. Sebagai penyakit degeneratif, osteoporosis menyerang individu dengan usia lanjut sekitar 40 tahun ke atas.
- Ukuran tubuh yang kecil dan kurus pada perempuan.
- Perempuan dengan etnis Kaukasia dan Asia memiliki risiko paling tinggi dibanding perempuan Hispanik dan kulit hitam.
- Riwayat keluarga dengan osteoporosis.
Gejala Osteoporosis
Osteoporosis dikenal sebagai penyakit sunyi atau silent disease, sebab pengidap tidak merasakan gejala apa pun pada tahap awal penyakit. Namun, begitu tulang melemah karena osteoporosis, berikut gejala yang bisa dialami:
- Sakit punggung, yang disebabkan oleh tulang belakang yang patah atau kolaps.
- Menurunnya tinggi badan dari waktu ke waktu.
- Postur bungkuk.
- Tulang mudah patah.
Diagnosis Osteoporosis
Diagnosis osteoporosis biasanya dilakukan oleh dokter dengan menanyakan riwayat medis lengkap dan melakukan pemeriksaan fisik. Bisa pula ditambah dengan pemeriksaan penunjang seperti rontgen tulang, densitometri tulang, dan tes laboratorium khusus.
Jika dokter mendiagnosis massa tulang yang rendah, dokter mungkin melakukan tes tambahan untuk menyingkirkan kemungkinan penyakit lain yang dapat menyebabkan keropos tulang. Contohnya osteomalasia (penyakit tulang metabolik yang ditandai oleh mineralisasi tulang yang abnormal), atau hiperparatiroidisme (aktivitas berlebihan kelenjar paratiroid).
Densitometri tulang biasanya dilakukan pada wanita yang menginjak usia menopause. Beberapa jenis densitometri tulang digunakan untuk mendeteksi keropos tulang di berbagai area tubuh.
Dual-energi x-ray absorptiometry (DEXA) adalah salah satu metode yang paling akurat, tetapi teknik lain juga dapat mengidentifikasi osteoporosis. Misalnya photon absorptiometry tunggal (SPA), computed tomography kuantitatif (QCT), absorptiometri radiografi, dan USG. Dokter dapat menentukan metode mana yang paling cocok untuk pasien.
Pengobatan Osteoporosis
Pengobatan osteoporosis meliputi mengobati dan mencegah patah tulang, serta menggunakan obat-obatan untuk memperkuat tulang. Berikut beberapa obat-obatan yang bisa diberikan untuk mengatasi osteoporosis:
- Bifosfonat. Obat ini paling sering diresepkan untuk pria dan wanita yang memiliki peningkatan risiko patah tulang.
- Denosumab. Dibandingkan bifosfonat, denosumab menghasilkan kepadatan tulang yang lebih baik dan mengurangi kemungkinan semua jenis patah tulang.
- Terapi hormon. Terapi estrogen yang dimulai segera setelah menopause bisa membantu menjaga kepadatan tulang.
- Obat pembentuk tulang. Pengidap osteoporosis parah atau bila perawatan umum tidak bekerja dengan baik, maka dokter mungkin akan memberi obat pembentuk tulang.
Komplikasi Osteoporosis
Patah tulang, terutama di tulang belakang atau pinggul, adalah komplikasi paling serius dari osteoporosis. Patah tulang pinggul sering terjadi akibat jatuh dan bisa mengakibatkan kecacatan dan bahkan meningkatkan risiko kematian dalam tahun pertama setelah cedera.
Dalam beberapa kasus, patah tulang belakang bisa terjadi bahkan jika tidak jatuh. Tulang-tulang yang membentuk tulang belakang (vertebra) bisa melemah hingga kolaps, yang dapat mengakibatkan nyeri punggung, kehilangan tinggi badan, dan postur membungkuk ke depan.
Pencegahan Osteoporosis
Pencegahan osteoporosis bisa dilakukan dengan berbagai cara:
- Diet
Diet sehat dengan asupan kalsium dan vitamin D yang cukup membantu membuat tulang pengidap kuat. Banyak orang mendapatkan kurang dari setengah kalsium yang mereka butuhkan. Sumber kalsium yang baik adalah susu rendah lemak, yoghurt, keju, jus jeruk, sereal, dan roti. Vitamin D juga dibutuhkan untuk tulang yang kuat. Beberapa pengidap mungkin perlu mengonsumsi pil vitamin D.
- Olahraga
Jenis-jenis olahraga yang bisa mencegah osteoporosis, yaitu:
- Berjalan.
- Mendaki.
- Joging.
- Naik tangga.
- Angkat beban.
- Tenis.
- Dansa.
- Gaya Hidup
Untuk mencegah osteoporosis, gaya hidup yang dianjurkan yaitu berhenti merokok dan kurangi konsumsi alkohol.
No comments:
Post a Comment